Laman

Cari Blog Ini

Kamis, 06 Januari 2011

Sejarah NAZI di Indonesia yang TERLUPAKAN !!!

BERKECAMUKNYA Perang Dunia II Teater Asia-Pasifik, yang terjadi di Indonesia, diwarnai kehadiran pasukan Nazi Jerman. Aksi mereka dilakukan usai menyerahnya Belanda kepada Jepang di Kalijati, Subang, 8 Maret tahun 1942, atau 64 tahun silam. Namun, kehadiran Nazi Jerman ke Indonesia seakan terlupakan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Kehadiran pasukan Nazi Jerman di Indonesia, secara umum melalui aksi sejumlah kapal selam (u-boat/u-boote) di Samudra Hindia, Laut Jawa, Selat Sunda, Selat Malaka, pada kurun waktu tahun 1943-1945. Sebanyak 23 u-boat mondar-mandir di perairan Indonesia, Malaysia, dan Australia, dengan pangkalan bersama Jepang, di Jakarta, Sabang, dan Penang, yang diberangkatkan dari daerah pendudukan di Brest dan Bordeaux (Prancis) Januari-Juni 1943.

Beroperasinya sejumlah u-boat di kawasan Timur Jauh, merupakan perintah Fuehrer Adolf Hitler kepada Panglima Angkatan Laut Jerman (Kriegsmarine), Admiral Karl Doenitz. Tujuannya, membuka blokade lawan, juga membawa mesin presisi, mesin pesawat terbang, serta berbagai peralatan industri lainnya, yang dibutuhkan "kawan sejawatnya", Jepang yang sedang menduduki Indonesia dan Malaysia. Sepulangnya dari sana, berbagai kapal selam itu bertugas mengawal kapal yang membawa "oleh-oleh" dari Indonesia dan Malaysia, hasil perkebunan berupa karet alam, kina, serat-seratan, dll., untuk keperluan industri perang Jerman di Eropa.

Pada awalnya, kapal selam Jerman yang ditugaskan ke Samudra Hindia dengan tujuan awal ke Penang berjumlah 15 buah, terdiri U-177, U-196, U-198, U-852, U-859, U-860, U-861, U-863, dan U-871 (semuanya dari Type IXD2), U-510, U-537, U-843 (Type IXC), U-1059 dan U-1062 (Type VIIF). Jumlahnya kemudian bertambah dengan kehadiran U-862 (Type IXD2), yang pindah pangkalan ke Jakarta.

Ini disusul U-195 (Type IXD1) dan U-219 (Type XB), yang mulai menggunakan Jakarta sebagai pangkalan pada Januari 1945. Sejak itu, berduyun-duyun kapal selam Jerman lainnya yang masih berpangkalan di Penang dan Sabang ikut pindah pangkalan ke Jakarta, sehingga Jepang kemudian memindahkan kapal selamnya ke Surabaya.

Adalah U-862 yang dikomandani Heinrich Timm, yang tercatat paling sukses beraksi di wilayah Indonesia. Berangkat dari Jakarta dan kemudian selamat pulang ke tempat asal, untuk menenggelamkan kapal Sekutu di Samudra Hindia, Laut Jawa, sampai Pantai Australia.

Nasib sial nyaris dialami U-862 saat bertugas di permukaan wilayah Samudra Hindia. Gara-gara melakukan manuver yang salah, kapal selam itu nyaris mengalami "senjata makan tuan", dari sebuah torpedo jenis homming akustik T5/G7 Zaunkving yang diluncurkannya. Untungnya, U-862 buru-buru menyelam secara darurat, sehingga torpedo itu kemudian meleset.

Usai Jerman menyerah kepada pasukan Sekutu, 6 Mei 1945, U-862 pindah pangkalan dari Jakarta ke Singapura. Pada Juli 1945, U-862 dihibahkan kepada AL Jepang, dan berganti kode menjadi I-502. Jepang kemudian menyerah kepada Sekutu, Agustus tahun yang sama. Riwayat U-862 berakhir 13 Februari 1946 karena dihancurkan pasukan Sekutu di Singapura. Para awak U-862 sendiri semuanya selamat dan kembali ke tanah air mereka beberapa tahun usai perang.

Ternyata perwira kapal dari U-Boot ini meluncur ke Indonesia dibawah komando Angkatan Laut, Karl Doenitz. Tujuan utama pemindahan perwira kapal selam U-Boot di Indonesia untuk membantu sekutu jauh Nazi, Jepang. Namun seiring Jepang ditaklukan USA, para perwira angkatan laut ini tinggal di Bogor.

Usai Jerman menyerah kepada Sekutu di Eropa pada 8 Mei 1945, berbagai kapal selam yang masih berfungsi, kemudian dihibahkan kepada AL Jepang untuk kemudian dipergunakan lagi, sampai akhirnya Jepang takluk pada 15 Agustus 1945 usai dibom nuklir oleh Amerika.

Setelah peristiwa itu, sejumlah tentara Jerman yang ada di Indonesia menjadi luntang-lantung tidak punya kerjaan. Orang-orang Jerman mengambil inisiatif agar dapat dikenali pejuang Indonesia dan tidak keliru disangka orang Belanda. Caranya, mereka membuat tanda atribut yang diambil dari seragamnya dengan menggunakan lambang Elang Negara Jerman pada bagian lengan baju mereka.

Para tentara Jerman yang tadinya berpangkalan di Jakarta dan Surabaya, pindah bermukim ke Perkebunan Cikopo, Kec. Megamendung, Kab. Bogor. Mereka semua kemudian menanggalkan seragam mereka dan hidup sebagai "warga sipil" di sana.

Pengamat sejarah militer Jerman di Indonesia, Herwig Zahorka, mengisahkan, pada awal September 1945 sebuah Resimen Ghurka-Inggris di bawah komandan perwira asal Skotlandia datang ke Pulau Jawa. Mereka kaget menemukan tentara Jerman di Perkebunan Cikopo.

Sang komandan bertanya kepada Mayor Angkatan Laut Jerman, Burghagen yang menjadi kokolot di sana, untuk mencari tempat penampungan di Bogor.

Menggunakan 50 truk eks pasukan Jepang, orang-orang Jerman di Perkebunan Cikopo itu dipindahkan ke tempat penampungan di Bogor. Namun mereka harus kembali mengenakan seragam mereka, memegang senjata yang disediakan pasukan Inggris, untuk melindungi tempat penampungan yang semula ditempati orang-orang Belanda.

Saat itu, menurut dia, di tempat penampungan banyak orang Belanda yang mengeluh, karena mereka "dijaga" oleh orang Jerman. "Pada malam hari pertama menginap, langsung terjadi saling tembak namun tak ada korban. Ternyata,orang-orang Indonesia menyangka orang Jerman telah tertangkap oleh pasukan.Sekutu, dan mereka berusaha membebaskan orang-orang Jerman itu," kata Zahorka.

Setelah peristiwa itu, Inggris menyerahkan sekira 260 tentara Jerman kepada Belanda yang kemudian ditawan di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu.

Tercatat pula, beberapa tentara Jerman melarikan diri dari Pulau Onrust, dengan berenang menyeberang ke pulau lain. Di antaranya, pilot pesawat angkatan laut bernama Werner dan sahabatnya Lvsche dari U-219.

Selama pelarian, mereka bergabung dengan pejuang kemerdekaan Indonesia di Pulau Jawa, bekerja sama melawan Belanda yang ingin kembali menjajah. Lvsche kemudian meninggal, konon akibat kecelakaan saat merakit pelontar api.

Ini juga cuplikan wawancara dari "saksi hidup" yang menghadiri pemakaman perwira Nazi tersebut :

Warga Kampung Arca Domas, Abah Sa'ad (76 th), seorang saksi hidup peristiwa penguburan tentara Jerman di kampungnya, Oktober 1945. Saat itu, usianya 15 tahun. Ia ingat, prosesi pemakaman dilakukan puluhan tentara Nazi Jerman secara kemiliteran. Peristiwa itu mengundang perhatian warga.

"Waktu itu, masyarakat tidak boleh men-dekat. Dari kejauhan, tampak empat peti mati diusung tentara Jerman, serta sebuah kendi yang katanya berisi abu jenazah. Tentara Jerman itu berpakaian putih, dengan dipimpin seorang yang tampaknya komandan mereka karena menggunakan topi pet," tuturnya.

Sepengetahuan Abah Sa'ad, mulanya, makam tentara Jerman itu hanya ditandai nisan salib biasa, sampai kemudian ada yang memperbaiki makam itu seperti sekarang.

Keasrian dan kebersihan makam tersebut tidak lepas dari peran penunggu makam, Mak Emma (65) yang dibiayai Kedubes Jerman dua kali setahun. " Biasanya, setiap tahun ada warga Jerman yang menjenguk makam pahlawan negaranya itu," ujarnya.

Namun, dia kurang tahu sejarah makam itu karena baru diboyong suaminya (pensiunan karyawan Perkebunan Gunung Mas) 10 tahun lalu. Ia meneruskan pekerjaan suaminya (alm.) menjadi kuncen.

Minggu, 02 Januari 2011

JOMBLO!! MO DPT PSANGAN ??..NIH STYLE-NYA,,EIT JGN LP KLO DH DPT, LO LIAT PROFESINYA,COZ NGARUH SAAT ENG-ING-ENG/PERANG GULING,,

Gak bisa dpungkiri kadang qt butuh gaya bt deketin smp " ngedapetin "cewek2..dah gt tar liat jg profesinya, coz ngaruh d ranjang boos !!!,,cekidot,,wkwkwkwk



Nah gw mo share dikit neh,,



Gaya menggoda atau flirting lebih dari sekadar 'permainan' seru atau tahap awal dalam menjalin hubungan. Itu karena, menurut tim peneliti dari University of Kansas, Amerika Serikat, gaya menggoda juga bisa memprediksi kesuksesan hubungan asmara.

"Mengetahui sesuatu tentang cara Anda berkomunikasi untuk menarik perhatian seseorang bisa memperlihatkan apa kegagalan dalam kencan sebelumnya," kata kepala peneliti Jeffrey Hall, asisten profesor komunikasi di University of Kansas, seperti dikutip dari www.aolhealth.com.

Tak hanya itu, hal ini juga dianggap bisa membantu seseorang untuk menghindari kesalahan demi kesuksesan hubungan yang dijalaninya.

Lebih lanjut, Hall mengatakan, orang yang menggoda dengan cara "penuh permainan" sebenarnya demi meningkatkan ego dan harga diri mereka sendiri. Ia menemukan bahwa mereka yang melakukan flirting dengan cara ini, kurang sukses dalam menjalankan hubungan yang awet dan mendalam.



Tim peneliti meminta lebih dari 5100 orang dewasa yang berkencan dan membagi gaya flirting ke dalam lima kategori: fisik, tradisional, sopan, tulus dan penuh permainan.



- Fisik : Ment Hall, flirting fisik cenderung untuk maju dan langsung dalam mengkomunikasikan ketertarikan seksual mereka. Hubungan mereka berkembang dengan cepat dan biasanya ditandai dengan hubungan emosional dan fisik lebih kuat.



- Traditional : Flirting tradisional membiarkan pria menjadi inisiator. Sedangkan wanita lebih pendiam, pemalu dan berperan pasif. Kencan selanjutnya, mereka berharap kondisi kencan yang lebih 'intim'.



- Sopan dan tulus : Gaya menggoda ini menunjukan sisi romantis mereka pada orang lain. Dalam hal ini mereka terlihat kasih sayang sudah mulai tumbuh dengan tulus.



NAH INI DIA Profesi ad dibalik kesuksesan saat eng-ing-eng..



Salah satu edisi 'Psicologia e Salut', jurnal psikologi berbahasa Italia, memuat sebuah studi menarik yang dilakukan tim psikolog asal Amerika Serikat. Sebuah studi yang memperjelas hubungan antara profesi dan seksualitas.

Seperti dikutip dari Genius Beauty, pilihan profesi ternyata dapat memengaruhi tampilan libido seseorang secara langsung.

Misalnya, manajer yang selalu mengontrol para pekerjanya, membuang energi yang dimilikinya termasuk energi seksual. Kondis ini bukan hanya merusak sistem saraf, tetapi juga memengaruhi sikap mereka saat bercinta. Sensitivitas terhadap pasangan bisa berkurang, bahkan hilang.

Lalu, mereka yang berprofesi sebagai politisi dan publik figur memiliki hasrat mempunyai banyak pasangan, tetapi tidak untuk tinggal bersama dalam jangka panjang. Tindakan seksual cenderung berlangsung dengan cepat dan seolah-olah mereka 'bergegas' untuk pindah ke pasangan berikutnya.

Sedangkan mereka yang berprofesi psikolog, pengacara, dan dokter, sangat bersikap hati-hati dan 'mentransfernya' ke dalam hubungan seksual. Dari sikap hati-hati ini, mereka biasanya tidak pernah mengambil inisiatif dan cenderung cepat tidur sebelum memuaskan pasangan.

Setelah mempelajari seksualitas pasukan militer, dan atlet, tim peneliti menyimpulkan bahwa orang-orang dengan profesi tersebut mampu membangun keintiman dengan sangat mudah. Mereka cenderung langsung mengungkapkan hasrat seksual. Rayuan dianggap sebagai daya tarik langsung ke arah hubungan seksual.

Sementara seniman dan pekerja kreatif adalah kategori orang yang tidak suka dengan seks yang biasa. Mereka selalu mencari emosi dan sensasi dan cenderung sering berganti pasangan